Kamis, 15 September 2016

Pacaran vs Ta'aruf Part 2

Tulisan sebelumnya saya udah bahas tentang apa itu dan bagaimana Pacaran dan Ta'aruf semoga kalian yang udah baca bisa sedikit dapet pencerahan atau gambaran bagaimana proses yang baik dengan lawan jenis. Nah sekarang saya akan bahas korelasi keduanya terhadap pernikahan, tapi sebelum itu saya mau sedikit cerita dari teman -teman saya yang sudah menikah dan termasuk saya hehehhe.

Oke pertama teman saya sebut saja Mawar, sewaktu pacaran sering sekali curhat sama saya tentang kebahagiaannya dengan pacarnya, dia sangat yakin bahwa pacarnya ini adalah pelabuhan terakhir dalam hidupnya yang akan buat hidupnya lebih berarti, mereka pacaran sudah hampir 7 tahun (wooow ini pacaran apa kredit rumah ya, 3 taun lagi lunas, hehhe) tapi pada akhirnya laki-laki yang selama ini dia pertahankan menyakitinya selingkuh dengan wanita lain (padahal dalam pacaran ga ada yang namanya "selingkuh" ya, karena laki-laki berhak memilih dan perempuan berhak menolak) singkat cerita dia ditinggalin dan harus mencoba move on dalam waktu yang lama, harus memendam rasa sakit, malu sama keluarga, dan hal menyakitkan lainnya.  Tapi saat ini dia sudah punya 1 anak dari laki-laki yang tidak dia sangka akan menikahinya hanya dengan pacaran kurang lebih dua tahun (tentunya dengan pergulatan hati dalam pacaran) dia mantap dan yakin untuk menikah. Memasuki usia pernikahan 2 tahun dia mulai mengeluh dan bercerita bahwa dia merasa hidup sendiri dan tidak mengenal suaminya, dia merasa terbebani dengan sikap suaminya yang mulai terlihat, satu persatu dia mulai mengenal watak asli suaminya dan dia merasakan proses pengenalan "lagi" suaminya, dia mencoba memahami bagaimana suaminya dan seperti apa suaminya sehingga dia bisa mengambil sikap begitupun sebaliknya, mereka berdua berkomunikasi satu sama lain bagaimana cara bertahan dengan dua kepala yang berbeda isi.

Dilain cerita sebut saja dia Melati, dia menikah dengan Ta'aruf jadi saya ga bisa menceritakan bagaimana dia sebelum menikah ya, hehehe. Melati menikah dengan cara ta'aruf. Yang ada dipikiran kita adalah, dengan cara ta'aruf pernikahan akan menjadi bebas hambatan tanpa masalah, eits jangan salah, menikah dengan cara ta'aruf bukan berarti bebas dari masalah. Singkatnya memasuki usia pernikahan 8 bulan, dia bercerita mengalami proses pengenalan sifat dan karakter suaminya, dia berusaha mencari cara bagaimana menyesuaikan hal-hal yang baru dia ketahui dari suaminya, sampai akhirnya mereka berdua menemukan formula dalam berkomunikasi dan berinteraksi.

Dari dua cerita nyata diatas, bukan untuk bermaksud mengumbar apapun dan siapapun saya hanya ingin mengambil kesimpulan dari cerita diatas bahwa pada dasarnya pernikahan menurut saya adalah selain tujuannya beribadah itu juga merupakan proses menyatukan dua insan dengan tujuan yang sama, itulah kenapa dari cerita diatas keduanya merasakan proses pengenalan kembali satu sama lain. Jadi ada istilah kalo 5 tahun pertama dalam pernikahan itu adalah ujian terberat, oke saya tau kenapa, karena dalam 5 tahun pertama pernikahan, kita akan diberikan kejutan-kejutan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya disaat kita pacaran ataupun ta'aruf. Dalam pernikahan kita dipaksa mencari formula atau rumus-rumus jitu bagaimana menghadapi pasangan (suami/istri) agar kita bisa bertahan, bagaimana mengendalikan ego, bagaimana menata kesabaran dan bagaimana menempatkan "mengalah" pada posisinya. Inilah sebenarnya logika yang saya temukan mengapa Islam sangat melarang "Pacaran" dan menyarankan "Ta'aruf" karena pada dasarnya kita akan menemukan ujung yang sama pada pernikahan yaitu "mengenal sosok suami/istri yang sebenarnya" jadi buat apa susah-susah pacaran lama-lama kalo pada akhirnya kita akan menemukan pasangan kita yang sebenarnya setelah menikah bukan pada saat pacaran. Jadi kalo pacaran proses pengenalannya 2 kali itupun pake dibumbui sakit hati, belum lagi kalo laki-laki harus keluar modal banyak buat pacaran. Nah kalo ta'aruf proses pengenalannya terhadap pasangannya cuma sekali ya pada saat pernikahan itu aja, jadi ga terlalu kaget lah ya dengan perubahan-perubahan pasangan setelah menikah.

Belum lagi, kalo pacaran trus kita baru sadar kalo sifat suami/istri kita setelah menikah berbeda 360 derajat pada saat pacaran, trus di compare sama mantan, aduh please yang udah menikah jangan lakuin ini, sama aja kalian menyulut api dengan bensin bisa nyebar kemana-mana. Hehehe karena pada hakikatnya dengan siapapun kalian menikah proses pengenalan dan sifat asli pasangan akan terlihat setelah menikah, jadi jangan merasa mantan lebih baik ya (yang punya mantan aja :D) itu belum tentu karena kita tidak menikah dengan dia.

Tips'y adalah untuk kalian yang baru menikah dan siap mengarungi samudra kehidupan, pertama JANGAN sekali-kali membandingkan suami/istri dengan mantan, kedua dari pada mencari kesenangan diluar karena masalah keluarga lebih baik komunikasikan dengan pasangan bagaimana cara berkomunikasi yang diinginkan, ketiga temukan rumus kehidupan kalian masing-masing karena setiap manusia itu unik dan rumusnya kalianlah yang tau. Dan terakhir jangan mudah menyerah hidup ini milik kalian, jangan pernah membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain, mereka yang kita lihat bahagia mungkin saja sudah berhasil menemukan rumusnya, tugas kita juga menemukan rumus kehidupan kita, karena setiap kehidupan, masalah adalah bayangannya, jadi jangan pernah berfikir ada seseorang yang tidak punya masalah, lebih baik berfikir bagaimana bertahan dan konsisten atas masalah yang dihadapi.

Okelah cukup segitu aja dulu pembahasan dari saya, kalo yang mau tau dalil-dalil tentang ta'aruf dan melarang pacaran, kalian bisa search aja ya di google. Hihihihi

Jadi Pacaran atau Ta'aruf kalianlah yang menentukan, saya hanya mencoba menjabarkan secara logika saya. Kalo ada kata-kata yang tidak berkenan mohon maaf ya... :))

(^_^)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar